Juara 1 Lomba Cipta Puisi Porsenigama 2021, Universitas Gadjah Mada
Ziarah Bintang-bintang
Karya: Alir Bening Firdausi - Fakultas Teknik
Barangkali dongeng ini
belum pernah mampir mengecup daun telingamu
Negeri kita sudah meriang dalam jangka waktu yang
begitu panjang
Dua dekade lewat sejak kita tiada lagi dengar
suara-suara
dari muara bibir seorang bernama Munir
yang tak pernah lelah melantunkan ayat-ayat kebenaran:
ayat Tanjung Priok, ayat Talangsari, ayat Marsinah
Dua dekade lewat sejak purnama terbelah menyaksikan
gugurnya hati para penguasa
Dan seriosa rakyat jelata mengiringi seringai-seringai
mereka
yang bersulang riang memulai jamuan kemenangan
habis menyulut racun pada alir nadi Munir yang tak
pernah
biarkan mereka lelap dalam ranjang ketenangan
Mereka tiada beda daripada pemuja dusta juga nestapa
Dua dekade lewat sejak September itu burung-burung
mengudara
kemudian menjadi saksi pembunuhan di paruh lambung
burung besi
dan kemeja putih Munir yang tiba-tiba menjadi kain
kafan
Walau sejatinya ia belum mati dan tidak akan pernah
mati
Sebab seperti kata-katanya yang terus menyala:
“Aku akan selalu hidup,
aku akan tetap ada dan berlipat ganda.”
Munir tak pernah dikremasi menjadi abu,
ia dikremasi untuk menjadi bintang-bintang
Maka, malam ini mari kita menziarahi bintang-bintang!
Sebab Oktober hingga Agustus kita telah dipaksa meneguk
batas-batas kesabaran
Sebab September hitam perlahan hinggap dan mulai
berisik mengetuk pelupuk mata
Bertelanjang kaki, langkahnya berderap mendekap payung
hitam
di paruh bulan paling kemarau sepanjang tahun ini
Maka, malam ini mari kita menziarahi bintang-bintang!
Meraup kelopak-kelopak air mata pada tangkai jemari
dan menaburkannya pada liang pusara yang sudah dikalungi
ilalang-ilalang:
wangi kamboja keburu surut, kita terlalu lama
membuatnya menunggu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar