Hai!
I am here.
Agak bingung juga sih, blog ini mau diisi apa. Mungkin ke depannya aku isi random things kayak segala sesuatu yang berhubungan sama menulis, review film, rekomendasi lagu, pengalaman pribadi, dan lain-lain. Dinikmati aja deh, keabsudran pemiliknya😂
Kali ini, aku mau sharing pengalaman pribadi aku ikut DINUS Cerpen & Tulis Ilmiah Competition a.k.a. DICTIC yang diadakan oleh Universitas Dian Nuswantoro, sebuah universitas swasta akreditasi A di Semarang. Ini kali pertama dan terakhir aku ikut DICTIC.
Kenapa?
KARENA AKU UDAH KELAS 12, HAHAHAHA (sedih sedikit)
Jujur, aku baru tahu lho ada event se-luar biasa ini. Taunya pas udah pandemi lagi, ya (fine, selama pandemi aku jadi lebih produktif dalam berkarya). Tapi, agak nyesek juga karena enggak bisa hadir di acara ini secara langsung sebab acara ini diadakan secara virtual💁
Dari awal banget, deh. Aku tau ada acara ini, tuh, dari Instagram (I do collect any informations from IG and Telegram). Sempat ragu juga mau ikut apa enggak karena temanya cukup berat, yakni kesehatan. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mendaftarkan diri, itung-itung gratis dan sabi buat nambah pengalaman. Masalah aku mau bikin cerita apa itu nantian. Masalah ceritanya nyambung sama temanya apa enggak itu juga nantian😭
Aku daftar tanggal sekitar tanggal 20 Januari 2021. Habis hari itu, otakku muter-muter, enggak tenang pokoknya mikirin aku harus nulis apa. Omong-omong soal kesehatan, aku enggak kepikiran sama sekali untuk menulis cerita tentang C0V1D. Dan aku juga enggak kepikiran untuk nulis cerita penyakit fisik.
Yang ada di pikiranku apa?
Penyakit mental.
Karena aku ada kenalan yang memiliki penyakit mental, yakni skizofrenia ini yang pada akhirnya aku angkat menjadi sebuah cerita.
Tapi aku sangsi kan, ya. Memangnya boleh? Memangnya termasuk dalam tema?
Akhirnya tanggal 22 Januari aku memberanikan diri buat tanya ke kakak panitianya. Terus jawabannya? Betul, tema kesehatan ini tidak terbatas pada kesehatan fisik aja. Namun, tetap harus memperhatikan subtema yang diperlombakan.
Masalah subtema itu sendiri, aku udah pikirin kalau aku bakal ambil subtema generasi peduli sehat.
Why?
Supaya lebih relate dengan kehidupan kita sebagai remaja.
Nah, sekitar tanggal 23 Januari, aku mulai melakukan penelitian kecil-kecilan. Aku baca sekitar sepuluh artikel mengenai skizofrenia ini. Aku juga ada nonton sekitar tiga video dokumenter dan kesaksian orang yang pernah mengidap skizofrenia ini. Dari tiga video itu, ada salah satu yang bilang kalau dulu sewaktu dia masih ada skizofrenia, dia merasa kalau dia memiliki pacar yang sesuai tipe dia banget deh. Aku ambil bagian ini buat jadi konflik dalam cerita.
Lalu, malam harinya, aku wawancara teman aku yang punya skizofrenia tadi. Bukan tentang penyakitnya, namun lebih kepada respon orang sekitar. Aku tanya, bagaimana sih respon sekitar dia kalau lagi kambuh? Kalau kambuh, apakah perlu dikasih minum obat? Apakah kalau kambuh perlu langsung dibawa ke dokter?
Tujuannya apa?
Aku enggak mau ada miss informasi. Sebagai penulis, aku ingin tulisanku enggak sekadar menghibur, tetapi juga mengedukasi👩
Tanggal 24 Januari, baru aku mulai nulis. Serius, deh, padahal deadlinenya tuh tanggal 25 jam 22.00 WIB. Tapi, aku emang pejuang deadline, Gais! Harus nunggu mepet dulu, baru ada ide.
Di hari itu, aku cuma dapet 800 kata, padahal minimal 2000 kata 5 halaman. Panik enggak aku? BANGET!
Aku sampai curhat ke temenku, kira-kira bisa enggak ya, tanggal 25 itu aku nulis minimal 1200 kata. Lagian gimana lagi, ya. Mau lanjut udah enggak kuat. Aku nulis itu sampai jam 1 dini hari. Kan enggak mungkin aku terusin kalau otak dan tubuh ini udah meronta-ronta nyuruh aku tidur.
Dan tanggal 25 itu, tau apa yang aku lakuin? NGEBUT. Hahahahaha. Habis PJJ, aku bener-bener nangkring di depan laptop tanpa berhenti. Dan cerpenku jadi sekitar pukul 8 malem. Jujur, aku tipe orang yang suka minta pendapat orang lain dulu sebelum submit karya. Khusus cerpen yang ini, aku langsung submit no matter what they say😎
Dan yah, aku enggak sadar ada salah ketik sekitar 2 kata.
Tanggal 29 Januari, ada notifikasi dari grup lomba, pengumuman 12 besar! Dan ada namaku di situ, di peringkat 3.
Ada pengumuman juga untuk 12 besar ini, nantinya tanggal 2 Februari disuruh melakukan presentasi.
Di situ aku yang kayak NANIIIIII (WHATTTTT). Memang di juknisnya ada tanggal pemaparan karya, tetapi aku kira cuma untuk cabang lomba KTI aja. Ternyata yang cerpen iya, Cuy😭
Tanggal 30 Januari itu, kami (12 besar dan panitia) ada technical meeting via Zoom.
Aku sempet pesimis, jujur. Kepikiran mengundurkan diri? IYA, HAHAHA😓 Malah kepikiran gini, aku mengumpulkan PPTku, tetapi pas hari H presentasi, aku mobal *JANGAN DITIRU GAES.
Karena aku orang yang terbiasa bekerja di balik layar. Aku suka menulis cerita, tetapi enggak suka kalau harus memaparkannya kepada orang lain. Ini orang asing lagi, ya😭 Walau aku anak OSIS, tetapi aku ini dulunya introvert banget. Sumpah, kalau disuruh public speaking, aku bawaannya deg-degan banget, kalau ngomong jadi enggak jelas, takut salah, kayak mau modar aja.
Tetapi, bukan Alir namanya kalau enggak berani mencoba sesuatu yang baru😣 Aku terus-terusan menanamkan mindset ini: Orang-orang yang sukses seperti presiden, menteri, manager perusahaan adalah mereka yang mau berbicara di depan publik. Intinya, AKU HARUS KELUAR DARI ZONA NYAMAN! Aku enggak mau bukan berarti aku enggak bisa!
Tanggal 1 Februari, aku mengunggah sebuah snapgram di akun keduaku, minta tips 'n trik biar enggak gugup waktu presentasi di depan orang asing. Dan ini jawaban temen-temenku yang aku kompilasi, terus aku pajang di tembok kamarku biar bisa aku baca terus dan bisa aku inget terus😫
Tidak ada komentar:
Posting Komentar